This blog is the fantastic one. You can get many informations, knowledges, and any more. I hope you are learned and amused by this fantastic blog. And then follow me too, OK? :)

Sunday 2 February 2014

Masalah Baru-Cerpen Remaja (Fiksi)

cerpen fiksi 
Masalah Baru
Fiksi/Cerita Remaja

Sudah dua hari ini aku termenung di kamarku, entah karena gundah dengan status jomblo ini atau kejadian beberapa waktu lalu. Rasanya ingin sekali pergi menjauh dari masalah-masalah ini.
“Melambung jauh, terbang tinggi… bersama mim…”
“Don, beli gas!” teriak ibu dari dapur yang menghentikan nyanyianku.
“Halah, Ini lagi belajar lho bu, besok kan masih tes. Biar nilainya bagus bu,” tolakku sambil berbohong.
“Cepet! Daripada nanti malam gak makan,” perintah ibuku memaksa.
Dengan malasnya aku bangkit dari tempat tidurku dan mulai berjalan menuju dapur. Terlihat sebuah tabung gas yang habis telah menanti di samping ibuku. Sungguh, sebenarnya malas sekali kalau disuruh membeli gas.
“Mana uangnya? Kembaliannya buat aku lho,” ujarku tiba-tiba.
Dalam beberapa detik saja uang ibu pun berpindah tangan padaku. Aku ambil tabung gas yang habis dan langsung melesat pergi. Dalam perjalananku menuju warung bayang-bayang masalahku datang kembali.
“Uh… kenapa sih galau gak ilang-ilang?” pikirku.
“Huft…” desisku.
Hanya dalam waktu dua menit saja, aku sudah sampai di depan warung Bu Budi. Terlihat dagangannya dan tabung gas yang tertata rapi. Di samping itu Bu Budi juga baik dan ramah. Maka dari itu, jika aku disuruh ibu beli sesuatu aku pasti pergi ke warung Bu Budi.
“Cing, beli gas,” kataku.
“Eh Mas Doni, gasnya ambil sendiri ya!” jawab Bu Budi.
Aku ambil tabung gas yang baru dan Aku tukarkan lembaran rupiah yang diberikan ibu dengan tabung gas yang baru.
“Makasih ya cing,” ucapku sambil menerima kembalian dari Bu Budi.
“Sama-sama,” balas Bu Budi.
Kumasukan kembalian kedalam kantong celanaku. Aku berjalan kembali ke rumah. Sampai di rumah aku letakkan tabung gas baru di dapur. Segera aku mencuci tangan dan kembali ke kamar. Aku rebahkan tubuhku dengan segala kegundahan yang selalu menghantui pikiranku. Tak terasa aku pun teridur.
“Allahu Akbar… Allahu Akbar…” terdengar suara adzan magrib membangunkanku.
Bergegas aku bangun dan lari menuju kamar mandi. Perasaan dan badanku terasa segar kembali setelah mandi. Kemudian ku ambil air dan berwudu. Aku lakukan ibadah sesuai rutinitas.
Malamnya aku belajar mata pelajaran bahasa Inggris yang akan diujikan besok. Aku buka bukuku lembar demi lembar, tetapi rasa kantuk ini mengalahkan segalanya. Aku pun tertidur  dengan buku-buku yang beserakan di sampingku.
“kukuruyuk…” terdengar suara ayam jantan membangunkanku.
Seperti biasa di pagi hari aku melakukan kegiatan yang dilakukan oleh banyak orang. Dengan penuh semangat aku pergi ke sekolah bersama ibuku. Di sekolah aku langsung membuka buku dan belajar bersama teman-teman.
Waktu terasa begitu cepat, bel masuk telah berbunyi. Kami pun berbaris sebelum masuk ke ruang tes. Dibagikan lembaran soal dan lembar jawaban oleh bapak dan ibu pengawas. Terlihat soal-soal yang susah menanti untuk dikerjakan. Kebetulan waktu itu sampingku adalah anak IX-8. Aku tak mau berburuk sangka kepada anak di sebelahku. Makanya aku mengerjakan tes tersebut tanpa aku tutupi lembar jawabku.
Bel tanda selesai berbunyi dengan nyaringnya. Aku kumpulkan lembar jawabku beserta lembar soalnya.
“Huft… soalnya susah-susah amat sih!” ucapku lirih.
Dalam perjalanan pulang sekolah aku bertemu Rony dan temannya.
Hey Don, kalau tes jawabannya ditutupi, di contek Laili lho punyamu,” lapor teman Rony yang kebetulan tadi seruangan denganku.
“Hah, iya pa? njelei banget tuh orang,” ucapku kaget.
“Aku tak menyangka ada saja orang yang seperti itu,” gumamku.
Aku pun pulang dengan perasaan marah. Aku tidak ikhlas jawabanku disalin orang lain. Bayangkan sudah semalam aku belajar sampai tertidur kelelahan, tapi orang lain memanfaatkannya.
“Assalamu’alaikum” salamku saat tiba di rumah.
Kebetulan rumah sedang kosong, sehingga tidak ada yang menjawab salamku. Segera ku berganti pakaian, mencuci kaki dan tangan, kemudian makan siang. Aku pun masuk ke kamar dan kurebahkan tubuhku ke kasur sambil bermain handphone. Aku buka aplikasi Twitter. Karena kesal atas kejadian tadi, aku langsung menulis tweet yang berisi cibiran.
“Soal kayak gitu aja nyonto sampingnya, itu menunjukan betapa bodohnya anda,” tulisku.
“Oh… soalnya mudah? Atau betapa jeniuskah anda?” mention Topan tiba-tiba.
Aku bingung bukan kepalang. Tweet yang aku tujukan ke orang yang mencontekku ternyata malah dibalas oleh Topan. Ini membuktikan, kemungkinan Topan juga orang yang tukang mencontek.
Kujelaskan sedikit tentang orang yang bernama Topan ini. Topan adalah anak yang sok cool di sekolahku. Gayanya yang sok cuek di sekolah tetapi alay saat di dunia maya khususnya Facebook dan Twitter. Namun, sebenarnya orangnya baik.
“Huft… masalah baru, masalah baru. Kapan aku terhindar dari masalah dan konflik?” batinku.
“Maaf aku gak bermaksud buat nyindir kamu. Jadi, kamu diem aja karena ini bukan masalahmu,” balasku padanya.
“lha kalau aku gak maafin? Aku itu juga ikut kesindir. Aku itu anak bodoh yang sering nyontek juga,” balasnya lagi.
Perkiraanku tepat bahwa dia juga melakukan hal yang demikian. Dunia ini benar-benar fana. Hanya untuk mendapatkan nilai bagus saja melakukan hal yang berdosa begitu. Aku berpikir, jika masa remajanya sepeti itu bagaimana dewasanya. Namun, semoga saja mereka-mereka yang mencontek dibukakan pintu hatinya dan berusaha memperbaiki diri.
Tiba-tiba ada dua mention masuk. Ternyata dari Arini dan Kelly yang pro terhadap Topan.
“Huft… dua orang ini pasti nyontek juga,” tuduhku dalam hati.
Perang cibir ini mungkin jadi perang dunia ketiga yang telah genjatan senjata selama enam puluh delapan tahun. Namun, Lama-kelamaan aku merasa capek. Aku ingin sekali menyudahi perang cibir ini. Padahal, dari tadi aku sudah menghadapi mereka dengan kepala dingin dan tidak mencibir Topan lagi. Namun, Topan tetap saja ngotot dan terus saja mencibirku.
Akhirnya dia juga menyudahi perang cibir tersebut. Aku pun merasa lega. Namun, aku agak sedikit benci terhadapnya, karena dia telah menghancurkan malam Mingguku.
Aku tak tahu apakah Topan benci denganku juga atau tidak. Namun, aku juga belum sepenuhnya memaafkannya.
Beberapa minggu telah berlalu, tetapi sampai saat ini aku masih ingat pengalaman itu dan masih benci terhadap Topan. Bagaimanapun juga aku tidak tahu Topan masih membenciku atau tidak. Namun, sepertinya dia masih benci terhadapku. Karena saat berpapasan denganku dia selalu membuang mukanya.
“Oke deh, Kita saling benci bro,” batinku. TAMAT

No comments:

Post a Comment